Kaprodi Kesmas FIKES UIKA Ajak Warga Terapkan PHBS di Hari Kusta Dunia

Info Kampus

    • 113 Lihat

    Bertepatan dengan hari kusta sedunia yang jatuh pada 28 Januari 2024, Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Resty Jayanti, S.SiT., M.Kes mengajak masyarakat untuk senantiasa menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

    Tak hanya itu, Resty juga turut memberikan penjelasan seputar penyakit kusta, cara penyebaran, pengobatan, hingga cara pencegahan penyakit kusta bagi masyarakat.

    Resty Jayanti, S.SiT., M.Kes menjelaskan penyakit kusta dikenal sebagai lepra, yang merupakan penyakit menular disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae.

    “Penyakit ini biasanya menyerang sistem saraf periferik, kulit, mata, dan membran mukosa hidung,” kata Resty, Sabtu (27/1/2024).

    Meskipun kusta dapat diobati dan disembuhkan dengan pengobatan yang tepat, sambung Resty, stigma sosial terhadap penderita penyakit ini masih ada di tengah masyarakat.

    “Secara internasional, organisasi kesehatan dan lembaga non-pemerintah berupaya untuk mengakhiri stigmatisasi terhadap penderita kusta, meningkatkan akses terhadap pengobatan, dan menyediakan dukungan bagi mereka yang terkena dampaknya,” ujarnya.

    Tak hanya itu, program-program ini juga melibatkan kampanye kesadaran, pendidikan masyarakat, dan upaya pencegahan agar penyakit ini tidak menyebar lebih luas.

    Jumlah kasus kusta di Indonesia telah mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

    Meskipun demikian, masih ada daerah-daerah tertentu di Indonesia yang melaporkan adanya kasus kusta baru.

    “Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program-program pengobatan kusta secara nasional. Pengobatan kusta umumnya melibatkan antibiotik seperti rifampisin dan dapsone,” jelasnya.

    “Program-program ini bertujuan untuk memberikan akses terhadap pengobatan yang efektif dan mencegah kecacatan yang disebabkan oleh penyakit ini,” sambungnya.

    Selain itu, organisasi kesehatan dan lembaga non-pemerintah bekerja untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kusta dan mengurangi stigma yang terkait dengan penyakit ini.

    “Pendidikan masyarakat penting untuk mengubah persepsi dan memberikan dukungan kepada penderita kusta. Pencegahan yang dilakukan Pemerintah Indonesia bersama dengan mitra internasional dan organisasi kesehatan berkomitmen untuk mencapai eliminasi kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat,” paparnya.

    Program-program ini juga menurut Resty, mencakup pencegahan penyebaran penyakit, deteksi dini, dan pengobatan penuh.

    “Meskipun banyak kemajuan telah dicapai, masih ada pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mencapai eliminasi kusta sepenuhnya dan menghilangkan stigma negatif yang melekat pada penyakit ini,” katanya.

    Selain itu, kesadaran masyarakat, akses terhadap pengobatan, dan dukungan sosial terus menjadi fokus dalam mengatasi kusta di Indonesia.

    “Penting untuk memahami bahwa kusta bukan lagi penyakit yang tidak dapat diobati, dengan pengobatan yang tepat dan dukungan sosial, banyak orang yang terkena kusta dapat sembuh sepenuhnya,” tutupnya.

    Kendati demikian, Resty menganggap salah satu langkah kunci dalam mengatasi kusta secara internasional adalah memahami fakta tentang penyakit ini dan menghilangkan stigma yang masih melekat di sebagian Masyarakat. (Humas/Ne2)