
Bogor — Guru Besar Bidang Ekonomi dan Manajemen Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Prof. Dr. Renea Shinta Aminda, SE., MM., menegaskan pentingnya generasi Z mulai memikirkan investasi yang cerdas di tengah ketidakpastian ekonomi global. Menurutnya, emas dan logam mulia menjadi salah satu instrumen investasi yang layak dipertimbangkan untuk menjaga kekayaan dari inflasi dan fluktuasi pasar.
“Gen Z itu generasi digital, mereka semakin sadar pentingnya mengelola keuangan. Emas menawarkan stabilitas, apalagi terbukti mampu menjadi safe haven ketika ekonomi global bergejolak,” ujar Prof. Renea dalam wawancara eksklusif bersama Humas UIKA Bogor.
Prof. Renea menjelaskan, harga emas dunia sempat melonjak hingga mencapai rekor tertinggi di atas USD 2.000 per troy ounce pada tahun 2020 saat pandemi COVID-19. Di dalam negeri, harga emas Antam bahkan naik dari sekitar Rp 500.000 per gram pada 2013 menjadi lebih dari Rp 1.200.000 per gram pada awal 2024. “Kenaikan rata-rata tahunan 8–10 persen itu cukup stabil untuk investasi jangka panjang,” tegasnya.
Menariknya, berkat perkembangan teknologi finansial, Gen Z kini bisa mulai berinvestasi emas hanya dengan modal kecil melalui aplikasi digital seperti Pluang, Tokopedia Emas, atau Pegadaian Digital. “Mereka bisa mulai hanya dengan Rp 10.000, ini sangat membuka akses investasi untuk anak muda,” tambahnya.
Selain emas, Prof. Renea juga menyoroti potensi logam perak sebagai alternatif investasi yang menjanjikan. Meski volatilitasnya lebih tinggi, perak memiliki permintaan industri yang kuat, terutama untuk sektor panel surya, kendaraan listrik, dan teknologi bersih. “Sekitar 50 persen permintaan global perak berasal dari sektor industri, dan angka ini diprediksi akan terus naik,” katanya.
Berdasarkan data The Silver Institute, permintaan global perak akan mencapai 1,2 miliar ounce. Harga perak sendiri sempat melonjak dari USD 13 ke USD 27 per troy ounce dalam waktu lima bulan di awal pandemi, dan kini stabil di kisaran USD 27–28 per ounce, dengan potensi melampaui USD 30. “Analis pasar, seperti Octa Broker, melihat prospek yang sangat positif, khususnya untuk jangka menengah hingga panjang,” ungkapnya.
Namun, Prof. Renea mengingatkan, sebelum mulai berinvestasi, Gen Z harus terlebih dahulu menyiapkan dana darurat minimal 3–6 bulan pengeluaran. “Dana darurat itu prioritas utama sebelum mulai investasi. Setelah aman, baru bisa masuk ke tahap investasi logam mulia,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi portofolio. Meski emas dan perak menarik, investasi jangan hanya berfokus pada satu instrumen. “Gen Z perlu mempertimbangkan saham, reksa dana, atau properti juga, supaya pertumbuhan kekayaan mereka maksimal dan risikonya tersebar,” tutupnya.
Dengan wawasan ini, Prof. Renea berharap generasi muda Indonesia bisa lebih bijak membangun masa depan finansial mereka, meski di tengah tantangan ekonomi global yang tak pasti.