Seminar bertajuk Revolusi Industri 4.0 dan kesiapan Indonesia telah resmi di gelar selasa, 02 April 2019 kemarin.
Seminar yang diselenggarakan di Gd. Prof. Abdullah Siddiq, SH. dibuka oleh Rektor Universitas Ibn Khaldun Bogor Dr. H.E. Bahruddin, M.Ag.
Dalam sabutannya Rektor menyampaikan, Revolusi Industri 4.0 merupakan satu penanda bahwa kita sebagai insan akademisi, harus mau untuk terus belajar, berbenah menyesuaikan diri dengan eranya.
Pesatnya perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 sangat berpengaruh terhadap karakteristik pekerjaan yang ada saat ini, dimana ketrampilan dan kompetensi menjadi hal pokok yang perlu diperhatikan.
Karena di era revolusi industri 4.0 integrasi pemanfaatan teknologi serta internet yang begitu canggih dan masif juga sangat mempengaruhi adanya perubahan prilaku dunia usaha dan dunia industri, hal ini harus disadari oleh semua, baik pemerintah, dan masyrakat terutama kita sebagai insan akademisi maupun pihak kampus yang bertanggungjawab mempersiapkan sumberdayanya.
Oleh sebab itu, dunia pendidikan dan industri harus mampu mengembangkan starategi transformasi industri dengan mempertimbangkan sektor sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dibidangnya, oleh karenanya semoga seminar yang menghadirkan para pakar dibidangnya ini dapat menjawab tantangan yang terjadi saat ini.
Menghadirkan Prof. Dr. Nur Naha Abu Mansor, Dekan Azman Hasim International Business School, Malaysia, Prof. Dr. Ir. H. Bunasor Sanim, M.Sc. Guru Besar Fakultas Ekonmi dan Bisnis UIKA Bogor, Dwi Setiawan Susanto, SE., Ak., M.Si., CA., FCMA., CGMA. Anggota pengurus Dewan Nasional IAI, Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS. Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Wilayah Bogor dengan moderator H. Hendri Tanjung, Ph.D. Pakar ekonomi Islam UIKA Bogor.
Seminar ini berjalan meriah dengan interaksi antara pemateri dan peserta, Prof. Nur Mansor lebih membahas pada contoh-contoh konkrit yang sedang dialami oleh negaranya malaysia dalam menghadapi revolusi Industri.
Prof Nur mengungkapkan akibat revolusi industri 4.0 ini, malaysia sebagaimana halnya indonesia, banyak melakukan PHK atau pengefisienan pekerja terhadap masyarakatnya, sehingga muncul para pengangguran baru, hal ini harus sama-sama kita sikapi bijak dengan mempersiapkan generasi berikutya yang siap menghadapi tantangan ini.
Saat ini seluruh universitas yang ada dimalaysia, diharuskan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri yang berjalan, kampus harus merubah kurikulumnya lebih feksibel, berorientasi kepada pemanfaatan teknologi dan internet, serta transpormasi pembelajaran digital.
Sementara Prof Bunasor, Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIKA Bogor, lebih membahas tentang tantangan serta peluang yang akan dihadapi oleh masyarakat dalam menyongsong revolusi Industri 4.0 ini.
Prof. Bunasor menjelaskan Secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5 miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin otomatis.
hal ini didasari industri saat ini akan mengedepankan pada aspek perbaikan kecepatan-fleksibilitas produksi,peningkatan layanan kepada pelanggan, dan peningkatan pendapatan.
Menurutnya ini merupakan ancaman sekaligus peluang untuk kita, bila kita bisa menyesuaikan dengan apa yang diinginkan oleh industri maka kedepan bukan tidak mungkin kitapun masih bisa bertahan, kuncinya mari belajar menyesuaikan diri.
pelajarilah, hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh mesin sekalipun mesin itu sangat canggih, maka masih diperlukan manusia setidaknya untuk mengevaluasi keberjalanan sistem yang ada, dan membuat keputusan yang tepat bila mana ada satu kesalahan dalam sistem yang dialami.
kuncinya kita setidaknya harus memiliki skill antara lain, kreatif, inovatif, solutif atau kemampuhan untuk memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui solusinya didunia nyata, kemampuhan melaukan kordinasi, negosiasi, persuasi, meonitoring, kepekaan dalam memberikan bantuan hingga memiliki emotional intelligence.
Sementara itu pemateri lainnya seperti Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, membahas tentang Pengaruhnya Terhadap Industri Keuangan dan Perbankan di Indonesia dan Dwi Setiawan Susanto, lebih membahas peranan akuntan diera revolusi industri.
Seminar yang dihadiri sekitar 400 peserta terdiri dari kalangan industri, pelaku bisnis, peneliti, dosen dan mahasiswa ini diakhiri pada pukul 12.00 wib dengan pembagian doorprize dan sertifikat.