WISUDA KE-69 UIKA BOGOR

Info Kampus

    • 2794 Lihat

    Bogor- Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor resmi meluluskan 5 wisudawan  dan wisudawati dalam prosesi ke-69 wisuda 2019 yang berlangsung di gedung Braja Mustika,Kemarin (9/10).Terdapat 502 wisudawan dan wisudawati terdiri dari 23 Magister,36 Doktor,422 Sarjana  dan 21 Diploma.

    Dari ratusan mahasiswa yang diwisuda tahun ini, ada wisudawan yang menorehkan prestasi diantaranya  Dr.Rohana Ithin yang menjadi wanita pertama pertama di Singapura yang menjadi anggota penuh jawatan Jawatan Kuasa Fatwa Singapura, Dr. Musyaddad menjadi penerjemah resmi khotbah di Masjidil Haram Mekah dan Dr.H.M.Zaitun Rasmin menjadi Wakil Sekjen Bidang Ukhuwah Islamiyah MUI.

    Rektor UIKA Bogor, Dr. H.E.Bahrudin, M.Ag. mengucapkan selamat kepada para wisudawan yang dilantik menjadi sarjana, magister dan doktor. Dirinya berpesan semoga ilmu yang diperoleh selama menuntut ilmu di kampus UIKA Bogor dapat diaplikasikan dalam kehidupan.”Karena gelar yang diperoleh pada hakekatnya adalah amanah dari Allah swt. dan Kesuksesan yang anda rai menjadi sarjana, magister dan doktor, mempunyai konsekuensi harus mewujudkan kemaslahatan dan memajukan diri,keluarga, masyarakat , agama, bangsa, dan negara,” kata Rektor UIKA .

    Rektor juga menyampaikan berbagai apresiasi kepada civitas akademika UIKA Bogor, atas prestasi yang diraih dalam satu semester ini, baik prestasi dosen,maupun penyelengaraan  Pendidikan secara akademik maupun prestasi di luar akademik.

    Di kesempatan yang sama, Wali Kota Bogor Bima Arya yang menghadiri wisuda ke-69 UIKA Bogor, berpesan kepada wisudawan dan wisudawati agar jangan terlalu lama berhenti belajar atau terlalu lama berhenti dari dunia Pendidikan karena  akan menghilangakan semangat.

    Dalam kesempatan tersebut , ia menuturkan kebanggaannya terhadap UIKA Bogor. Pasalnya, UIKA Bogor masuk dalam 100 Universitas terbaik di Indonesia menurut Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidkan Tinggi (Kemenristekdikti) 2019.

    “Sejatinya Ilmu itu bukan hasil , ilmu itu proses, yang utama adalah nilai. Banyak orang yang mendapatkan gelar tapi tapi tidak dengan ilmunya,istilahnya STIA, sekolah tidak ijazah ada. Karenanya mari kita yakinkan,  ini adalah babak baru dan bukan akhir. Proses baru berikutnya sangat menantang,” tegas Bima. (radarbogor)