thumb
  • AL
  • 0 Komentar
  • 423 Melihat
  • 0 Suka

 

Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMMA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor selenggarakan Webinar Nasional Akuntansi dengan tema "Transformasi Kualifikasi Akuntan Dalam Menghadapi Tantangan di Era Society 5.0" melalui platform Zoom Cloud Meeting dan live channel youtube febuikabogor pada Sabtu (3/12/2022) lalu 

Kegiatan yang merupakan rangkaian bagian dari HUT HIMMA ke-21 tersebut diisi oleh Edi Jaenudin, S.E., M.Si., Ak., CA (Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Wilayah Jawa Barat periode 2019-2023), Dr. Azolla Degita Azis S.S.T., M.Ak., M.B.A. (Peneliti, Akademisi, dan Ketua Program Studi Akuntansi FEB UIKA Bogor) dan Nanda Ennovia Gusti Saputri, S.A (Senior Audit Assurance Deloitte Indonesia) serta dipandu oleh moderator, Angga Prasetia, S.E, M.Ak. (Dosen FEB UIKA Bogor). Adapun para peserta yang hadir merupakan para mahasiswa, serta masyarakat umum.

Pada sesi pemaparan materi pertama, Edi Jaenudin, S.E., M.Si., Ak., CA menjelaskan tentang Pengaruh Era Society 5.0 Terhadap Perubahan Kebijakan Akuntansi. Menurutnya, bahwa di era digital saat ini, Akuntan harus melakukan perubahan peran yang tidak lagi sebatas sebagai penyaji laporan keuangan yang sudah bisa dilakukan oleh teknologi informasi akan tetapi Akuntan saat ini dituntut untuk bisa menjadi penyedia insight atas data (Mengidentifikasikan pertanyaan atas data, melakukan analisis statistika, mengecek kualitas data, menginterpretasi hasil olah data), menjadi penasihat (Sebagai penasihat bisnis umum, sebagai penasihat spesialis, mengambil peran sebagai partner bisnis), bermitra dengan teknologi (memanipulasi data, bekerja dengan robot atau mesin sejenisnya, melatih model kecerdasan buatan) dan berkembang ke area area baru. 

Sementara itu, Dr. Azolla Degita Azis S.S.T., M.Ak., M.B.A. dalam paparannya menyampaikan terkait dengan Perubahan Keahlian Akuntan Dalam Era Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan Era Society 5.0. Beliau mengatakan Indonesia diprediksi baru akan memasuki era society 5.0 di tahun 2045 nanti akan tetapi sebagai Akuntan wajib untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu disiapkan mencapai di era tersebut. Hal tersebut dikarenakan Indonesia kekurangan SDM yang layak dan mumpuni serta pemerataan internet dan listrik belum menyeluruh di wilayah Indonesia.

Dr. Azolla, mengatakan bahwa ada 4 langkah Akuntan dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0
1. Kesadaran (Awareness) bahwa dengan revolusi industri melahirkan peluang atau kesempatan baru. Kesempatan yang muncul ini menumbuhkan bisnis baru yang belum pernah ada sebelumnya.
2. Pendidikan (Education). Regulator atau pemerintah dan praktisi pendidikan dituntut untuk dapat membuat kurikulum yang relevan disesuaikan dengan perkembangan konektifitas digital.
3. Pengembangan profesi (Professional Development). Meningkatkan kinerja profesi akuntan beserta program – program yang mendukung pengembangannya dengan cara melakukan latihan presentasi online maupun tatap muka secara langsung (face to face discussion) dan mengevaluasi dampaknya terhadap kapabilitas profesi akuntan pada masa depan.
4. Penerapan standar tinggi (Reaching Out). Sebagai akuntan dituntut harus memiliki control maksimal terhadap data yang dihasilkan, dimana data atau informasi fisik biasanya diperoleh dibawah tanggung jawab para insinyur (engineer) sehingga hubungan kerja antara akuntan dan insinyur harus berjalan harmonis agar data dan informasi akuntansi dijaga dengan baik.

Dalam kesempatan yang sama, Ennovia Gusti Saputri, S.A memaparkan tentang Software Akntansi yang digunakan oleh Sistem Perusahaan Sebagai Perkembangan di Era Society 5.0. Saat ini Akuntan masih sangat dibutuhkan di dunia pekerjaan, karena software - software yang ada masih terbatas sebagai mesin yang bisa diperintah. 

Lebih jauh, Ennovia Gusti Saputri, S.A mengungkapkan bahwa setiap software yang ada seperti SAP Business One, Accurate, dll yang banyak di pakai perusahaan memiliki fungsi yang sama untuk mempermudah manusia dalam aktivitas bisnis agar lebih cepat dalam proses pengerjaannya dan juga mengurangi kesalahan human error. Menurutnya, Akuntan tetap harus memiliki skill siklus akuntansi dalam menjalankan software tersebut, karena software hanya sebagai pendamping, bukan sebagai pengganti akuntan.

 


Bagikan:

Humas UIKA

Jl. KH. Sholeh Iskandar Km.2 Kd. Badak Bogor