(UIKA-28/02/2023) Fakultas Teknik dan Sains (FTS) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor berkolaborasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Kota Bogor sukses selenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Penyusunan Kajian Antisipasi Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan di Kawasan Jalan Ottista Kota Bogor Terhadap Pergerakan Lalu Lintas dan Pelayanan Angkutan Umum Orang, Barang dan Jasa, berlokasi di Istana Ballrom Hotel Salak The Heritage, pada Kamis (23 Februari 2023).
Rudy Mashudi, S.T., M.P., selaku Kepala Bappeda Kota Bogor menjelaskan, FGD yang berupa Diskusi Publik ini bertujuan untuk mengkaji rencana pembangunan jembatan Ottista Kota Bogor, termasuk pembahasan rencana kegiatan, integrasi infrastruktur, skema manajemen lalu-lintas dan rencana aksi penanganannya.
Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi oleh Dr.Ir. Muhammad Nanang Prayudyanto, MSc., selaku ketua Tim Peneliti, yang menjelaskan hasil penelitiannya terhadap dampak pembangunan jembatan otista yang akan dilakukan pemerintah beberapa bulan mendatang.
Nanang menyampaikan, survei ini dilakukan dengan fokus capaian ingin mengetahui respon publik terhadap pembangunan Jembatan Ottista, selain itu untuk mengetahui karakteristik perjalanan masyarakat, serta presepsi terhadap pergerakan barang dan jasa.
Ini merupakan survei permulaan, agar kita minimal punya data jelas terkait kebijakan apa yang harus diambil nantinya.
Menjelaskan hasil survei yang dilakukan, menurutnya rata-rata trafik di jalan-jalan Kota Bogor sebelum dilakukan pembangunan saja menurut survei Traffic Counting sudah mendekati level VCR mendekati level 1,00. Ini artinya jalan-jalan yang ada di Kota Bogor trafiknya cukup padat, apalagi ditambah dengan penutupan Jembatan Ottista, akan sangat berpengaruh terhadap sebaran lalu lintas di jalan sekitarnya.
Namun demikian, jelas Dekan Fakultas Teknik dan Sains UIKA ini, langkah pembangunan Jembatan Ottista memang sangat diperlukan, secara struktur jembatan, memang tidak ada yang salah, namun ketika melihat lebar jembatan, memang memerlukan tambahan pelebaran, hal ini berdasarkan data travel time yang ada, Jalan Ottista merupakan jalan yang selalu punya warna merah, hampir disetiap harinya. Itu diakibatkan bottleneck/penyempitan di jempatan itu, jelasnya.
Adapun hasil survei karakteristik perjalanan masyarakat Kota Bogor, didapat data 75% perjalanan warga, dimasudkan untuk keperluan bekerja dan sekolah, yang dilakukan setiap hari pada rata-rata jam yang sama, dimana moda transportasi yang digunakan hampir 50% menggunakan sepeda motor, 23% menggunakan mobil pribadi, dan secara spesifik penggunaan BisKita sebesar 8%, dengan rata-rata panjang perjalanan 5-10 KM dengan jarak tempuh 15-30 Menit.
Terkait presepsi masyarakat terhadap pembangunan ini, didapat juga data bahwa masyarakat disekitar cenderung tidak akan mengubah pola perjalanan, namun akan mengganti moda transportasi dan jalur lain yang tidak terdampak, rata-rata masyarakat tau bahwa kegiatan pembangunan akan menghambat mobilitas mereka, namun demikian mayoritas masyarakat setuju pembangunan dilakukan, karena mereka tau akan dampak pembangunan jembatan kedepannya yang penting untuk kemajuan masa depan bersama.
Artinya, ketika kita bisa melihat karakteristik perjalanan ini, setidaknya kita dapatkan gambaran hal apa yang dapat dilakukan untuk rekayasa transportasi kita, agar dapat meminimalisir dampak penutupan tersebut.
Selain Dr. Nanang, paparan berikutnya disampaikan juga oleh Direktur Angkutan BPTJ Kemenhub terkait Identifikasi Dampak Pelayanan Bus Kita Kota Bogor, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) yang memaparkan Identifikasi Dampak bagi Kegiatan Bisnis Kota Bogor, serta paparan Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI – Kementrian PUPR. (HUMAS)