thumb

Bogor, 28 Juli 2025 — Dalam Workshop Kurikulum Berbasis Outcome-Based Education (OBE) yang diselenggarakan Universitas Ibn Khaldun Bogor, Dr. Dandi Darmadi menekankan bahwa kurikulum OBE bukan hanya dokumen formal berisi daftar mata kuliah, melainkan sistem menyeluruh yang menjamin keselarasan utuh dari visi, metode, hingga hasil nyata pembelajaran.

 

Menurutnya, prinsip dasar dari kurikulum OBE adalah alignment—yaitu kesesuaian antara tujuan program studi, profil lulusan, capaian pembelajaran (CPL), strategi pembelajaran, dan sistem evaluasi. Semua elemen ini harus terhubung secara logis dan praktis untuk menjamin bahwa setiap lulusan benar-benar membawa kompetensi yang dibutuhkan dunia nyata.

 

“Penyusunan kurikulum sangat penting karena di dalamnya kita melihat bagaimana tujuan pendidikan tinggi ditetapkan, isi materi, metode belajar, hingga cara mengukurnya. Kurikulum itu bukan sekadar daftar mata kuliah,” tegas Dr. Dandi.

 

Ia membandingkan pendekatan tradisional berbasis konten (content-based education) dengan pendekatan OBE. Dalam pendekatan lama, fokus utama ada pada penguasaan materi dan transfer pengetahuan. Sedangkan OBE menempatkan capaian pembelajaran sebagai pusat perhatian, dengan pendekatan yang memungkinkan mahasiswa untuk merekonstruksi pengetahuan melalui pengalaman belajar yang aktif.

 

OBE, lanjutnya, bersifat student-centered, di mana mahasiswa menjadi pelaku utama proses belajar, sementara dosen berperan sebagai fasilitator dan katalisator. Proses penilaiannya pun berbasis evidence—penilaian tidak lagi hanya pada hasil ujian, tapi pada bukti nyata bahwa mahasiswa mencapai kompetensi yang ditargetkan.

 

Dr. Dandi memaparkan bahwa OBE terdiri dari tiga fondasi praktik utama:

OBC (Outcome-Based Curriculum): Menyusun kurikulum berdasarkan CPL yang ditetapkan.

OBLT (Outcome-Based Learning & Teaching): Menyesuaikan strategi dan metode pembelajaran agar mendorong pencapaian CPL.

OBAE (Outcome-Based Assessment & Evaluation): Evaluasi dan penilaian berbasis capaian yang berorientasi pada continuous improvement.

Ia juga menegaskan empat tahapan sistematis dalam merancang kurikulum OBE:

Menetapkan tujuan program studi (PEO) dan visi keilmuan,

Menentukan profil lulusan dan merumuskan CPL,

Menyusun mata kuliah dan bahan kajian,

Merancang peta kurikulum dan matriks organisasi mata kuliah.

 

Dengan prinsip-prinsip tersebut, kurikulum OBE tidak hanya menjadi syarat akreditasi, tapi juga alat strategis untuk menciptakan lulusan yang memiliki kompetensi relevan, fleksibel menghadapi disrupsi, dan berdaya saing tinggi di pasar kerja global.

 

Melalui pemaparannya, Dr. Dandi mengajak seluruh pengelola program studi di UIKA untuk tidak lagi melihat kurikulum sebagai produk statis, tetapi sebagai living system—yang terus dievaluasi dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Dalam konteks OBE, kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh niat baik dan silabus rapi, tapi oleh bukti bahwa pembelajaran benar-benar terjadi dan menghasilkan perubahan kompetensi pada mahasiswa.


Bagikan:

Humas UIKA

Jl. KH. Sholeh Iskandar Km.2 Kd. Badak Bogor