thumb
  • yoga
  • 0 Komentar
  • 170 Melihat
  • 0 Suka

Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor bersama Radar Bogor  selenggarakan  Debat Pasangan Calon Walikota dan Wakil Wali Kota Bogor 2024 di Gedung Prof. Abdullah Siddiq, UIKA Bogor, Sabtu (5/10/2024)

 

Kegiatan ini menghadirkan 5 Pasangan Calon (Paslon) Walikota dan Wakil Walikota Bogor Tahun 2024, hadir 4 Calon Wali Kota dan 5 Calon Wakil Wali Kota, Di antaranya Sendi Fardiansyah dan Melli Darsa, Atang Trisnanto dan Annida Allivia, Dedie Rachim dan Jenal Mutaqin, Teddy Risandi, Dokter Rayendra dan Eka Maulana.

 

Menghadirkan 7 Panelis dalam Debat ini yaitu Rektor Universitas Ibn Khaldun Bogor, Prof. Mujahidin, Rektor Universitas Pakuan, Prof. Didik Notosudjono, Rektor Institut Pertanian Bogor, Prof. Arif Satria, Pengamat Transportasi, Yayat Supriatna, Direktur Radar Bogor, Nihrawati, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bogor, Armein Sjuhary Rowi, serta Aktivis Lingkungan Kota Bogor, Een Irawan Putra.

 

Rektor UIKA Bogor, Prof. H.E. Mujahidin, M.Si., selaku Panelis, pada sesi tanya jawab, mengajukan pertanyaan yang menyoroti keprihatinannya terhadap kondisi pendidikan di Kota Bogor, khususnya pada tingkat SMA dan Perguruan Tinggi, Prof. Mujahidin memaparkan data yang cukup mengkhawatirkan, di mana Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang SMA pada tahun 2023 hanya mencapai 80,82%. Artinya, ada 19,18% siswa yang tidak bisa melanjutkan ke SMA, yang jika diakumulasikan setara dengan sekitar 4.400 siswa SLTP tidak dapat melanjutkan sekolah.

 

Lebih lanjut, Prof. Mujahidin juga menyoroti APK perguruan tinggi yang hanya sebesar 35,08% di Kota Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa ada 64,92% lulusan SMA atau sekitar 11.582 orang yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. “Mereka adalah warga Kota Bogor, anak-anak kita. Bagaimana para calon walikota dan wakil walikota akan menolong mereka?” ujar Prof. Mujahidin.

 

Dalam merespon pertanyaan ini, beberapa calon Wali Kota Bogor memberikan pandangan dan solusi terkait permasalahan pendidikan tersebut.

 

Paslon Nomor Urut 1 (Sendi-Melli) memberikan pandangan bahwa penambahan sekolah negeri baik di jenjang SMP maupun SMA menjadi prioritas utama program mereka. “Kami akan membangun enam SMP baru dan tujuh SMA baru, termasuk penambahan ruang kelas agar pemerataan pendidikan bisa tercapai,” jelasnya.

 

Kandidat ini juga menekankan perhatiannya untuk pengelolaan sekolah swasta, dengan menambah Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari APBD agar biaya pendidikan di sekolah swasta bisa lebih terjangkau bagi masyarakat. Program seragam gratis juga menjadi salah satu solusi yang ditawarkan untuk meringankan beban orang tua.

 

Sementara itu, Paslon No urut 2 (Atang-Annida) lebih berfokus pada penambahan kapasitas SMA untuk memfasilitasi lulusan SMP.

 

"Kita akan komunikasi dengan Gubernur Jawa Barat untuk menghadirkan SMA negeri di kota Bogor, Jika Kurang Memungkinkan akan dibuat sekolah terpadu."

 

Program Paslon no Urut 2 adalah penambahan 6 SMP negeri baru, kemudian bantuan biaya masuk sekolah swasta, serta insentif untuk guru swasta dan juga guru pesantren.

 

Sementara itu Paslon Nomor Urut 3 (Dedie-Jenal) menitik beratkan pada Pendidikan Vokasi dan PKBM, kandidat ketiga berfokus pada solusi pendidikan vokasi melalui program balai latihan kerja (PKBM). Menurutnya, bagi siswa yang tidak bisa mengakses pendidikan formal di sekolah negeri atau swasta, PKBM dapat menjadi solusi alternatif untuk memperoleh ijazah setara SMP atau SLTA.

 

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya koordinasi dengan pemerintah provinsi untuk mempercepat pembangunan dua SMA baru yang direncanakan di Kayu Manis dan Rancamaya, yang akan menjadi solusi kekurangan daya tampung SMA di Kota Bogor.

 

Paslon Nomor Urut 4 (Rena-Teddy) lebih menyoroti Pendidikan Disabilitas
menurutnya isu ini merupakan isu yang sering terlupakan.“Kami berkomitmen untuk memberikan terapi gratis kepada penyandang disabilitas agar mereka bisa mendapatkan akses pendidikan yang layak,” ungkapnya.

 

Ia juga menyoroti kekurangan daya tampung di jenjang SMP. “Di Bogor Barat misalnya, dengan 16 kelurahan, hanya ada dua SMP negeri. Ini jelas perlu penambahan agar siswa tidak luntang-lantung saat ingin melanjutkan sekolah,” ujarnya.

 

Selanjutnya Paslon Nomor Urut 5,  (Rayendra-Eka) menekankan pentingnya mengarahkan siswa SMP untuk masuk ke SMK sebagai solusi jangka pendek. Dengan keterampilan yang didapat di SMK, siswa diharapkan siap kerja, sehingga bisa mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan di Kota Bogor.

 

“Selain itu, kami juga memiliki program ‘Satu RW, Satu Sarjana’ yang bertujuan agar setiap RW memiliki seorang sarjana yang nantinya bisa menjadi penggerak ekonomi di wilayahnya,” tambahnya.

 

Diharapkan Melalui forum ini, para calon wali kota menyadari pentingnya peningkatan kualitas dan akses pendidikan di Kota Bogor. Setiap kandidat memiliki strategi masing-masing, mulai dari peningkatan sekolah negeri, program vokasi, hingga perhatian khusus pada pendidikan disabilitas. Semua solusi tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan besar yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Kota Bogor.

 

Dengan berbagai program yang diusung, masyarakat Bogor kini menantikan langkah nyata yang akan diambil untuk meningkatkan kualitas pendidikan di kota mereka demi masa depan yang lebih cerah.


Bagikan:

Humas UIKA

Jl. KH. Sholeh Iskandar Km.2 Kd. Badak Bogor