Bogor, 23 Agustus 2025 – Dalam rangkaian The 3rd International Conference on Management and Small and Medium Enterprise (ICMSME 2025) yang digelar Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Prof. Dr. Khurram Shahzad dari Minhaj University Lahore (Pakistan) menyampaikan materi bertajuk “Digital Literacy, AI Adoption, and Human Capital Development: Imperatives for Inclusive SME Empowerment.”
Dalam paparannya, Prof. Khurram menekankan bahwa UMKM berada di persimpangan penting Revolusi Industri Keempat. Meski UMKM menyumbang sekitar 90% unit usaha di dunia, 70% lapangan kerja, dan 40% PDB di negara berkembang, kesenjangan literasi digital dan kesiapan adopsi AI masih menjadi tantangan besar.
Mengambil contoh Indonesia, hanya 34% UMKM yang memanfaatkan teknologi digital, sementara adopsi AI masih di bawah 10%. Kondisi serupa juga terjadi di Pakistan (15%), Bangladesh (18%), dan India (42%). Padahal, menurut McKinsey (2024), digitalisasi UMKM bisa membuka potensi pertumbuhan GDP global hingga USD 1,2 triliun pada 2030.
Prof. Khurram juga menyoroti berbagai kisah sukses adopsi AI di negara berkembang. Di Filipina, UMKM yang dilatih digital marketing mencatat peningkatan pendapatan hingga 35%. Di Kenya, pemanfaatan AI untuk prediksi cuaca meningkatkan hasil pertanian sebesar 25%. Sementara di India, UMKM ritel yang menerapkan manajemen inventori berbasis AI berhasil menekan biaya hingga 20%. “These findings underscore that digital literacy is not just an enabler; it is a growth multiplier,” tegasnya.
Namun, ia mengingatkan masih banyak hambatan seperti keterbatasan biaya, kesenjangan keterampilan SDM, lemahnya infrastruktur data, hingga perbedaan akses antara perkotaan dan pedesaan. Untuk itu, Prof. Khurram menawarkan kerangka strategis empat pilar, yakni diagnostic assessment kebutuhan digital UMKM, tiered learning pathways dari literasi dasar hingga AI, ecosystem collaboration lintas pemerintah, akademisi, dan swasta, serta incentivized adoption melalui insentif pajak, subsidi, dan dkungan pembiayaan.
Di akhir sesinya, Prof. Khurram menegaskan urgensi aksi bersama. “The digital divide in SMEs is not inevitable; it is addressable through targeted policies, private-sector innovation, and academic-industry partnerships. The time for concerted action is now,” ujarnya.
Paparan ini memperkaya ICMSME 2025 dengan perspektif global bahwa transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi UMKM agar mampu bersaing di era Revolusi Industri 4.0.