thumb
  • suhada
  • 0 Komentar
  • 43 Melihat
  • 0 Suka

Bogor, 28 Juli 2025 — Outcome-Based Education (OBE) bukan sekadar tren pendidikan tinggi, melainkan kebutuhan strategis untuk mencapai mutu akademik unggul dan relevansi global. Hal ini ditekankan oleh Dr. Wahyudi Agustiono, S.Kom., M.Sc., Ph.D., Vice President AISINDO dan Customer Strategic Manager Sevima, dalam Workshop Penyusunan Kurikulum OBE Tahun 2025 yang digelar oleh Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor.

 

Kegiatan ini diikuti oleh 100 peserta yang terdiri dari para Ketua Program Studi sebagai penanggung jawab utama kegiatan akademik di tingkat program studi, serta sejumlah pejabat universitas lainnya seperti dekan, wakil dekan, kepala lembaga, dan jajaran pimpinan universitas. Mereka menjadi aktor kunci dalam implementasi OBE secara menyeluruh di lingkungan UIKA Bogor.

 

Di hadapan para pengambil kebijakan akademik tersebut, Dr. Wahyudi memaparkan bahwa OBE adalah pendekatan pendidikan berbasis hasil (outcome) yang fokus pada kompetensi nyata lulusan. Ia menegaskan bahwa kurikulum yang dirancang harus menjawab kebutuhan industri, sejalan dengan standar nasional dan internasional, serta berorientasi pada capaian pembelajaran lulusan (CPL) yang terukur dan berdampak.

 

“Kurikulum adalah komponen utama dalam penilaian akreditasi, baik nasional maupun internasional. Jika ingin meraih status akreditasi unggul, maka penerapan OBE adalah keharusan, bukan pilihan,” tegasnya.

 

Dr. Wahyudi juga mengulas perbedaan prinsipil antara KKNI dan OBE. Menurutnya, KKNI menekankan pada level kompetensi berdasarkan deskriptor, sedangkan OBE berfokus pada capaian praktis mahasiswa yang dapat dievaluasi melalui siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA).

 

Ia menyoroti pentingnya integrasi OBE dengan sistem informasi akademik UIKA (SIAKAD). Dalam pandangannya, SIAKAD bukan hanya alat administrasi, melainkan media utama untuk mengukur dan merekam capaian pembelajaran secara sistematis. UIKA pun didorong untuk memperkuat sistem digital akademiknya sebagai fondasi pelaksanaan OBE yang akurat dan transparan.

 

Tak kalah penting, Dr. Wahyudi mendorong pemanfaatan teknologi digital, termasuk Artificial Intelligence (AI), dalam mendesain kurikulum. AI dinilai mampu membantu dalam merumuskan CPL, memetakan kebutuhan industri, menganalisis data tracer study, hingga menyusun profil lulusan yang lebih presisi dan futuristik.

 

Dalam sesi tanya jawab, ia menjelaskan bahwa penyusunan kurikulum OBE dimulai dari penetapan profil lulusan, lalu dilanjutkan dengan merumuskan CPL yang jelas dan spesifik, pemetaan mata kuliah dan SKS, serta penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang benar-benar berfokus pada capaian. Ia menekankan pentingnya evaluasi berkala yang melibatkan alumni dan dunia industri agar kurikulum tidak hanya ideal di atas kertas, tetapi adaptif terhadap realita pasar kerja.

 

Di akhir pemaparan, Dr. Wahyudi menyampaikan bahwa OBE sejalan dengan prinsip Good University Governance (GUG) dan merupakan fondasi penting dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang pendidikan berkualitas.

 

“Kalau ingin akreditasi unggul, jangan cuma ubah dokumen. Ubah cara berpikir tentang pendidikan itu sendiri,” tutupnya, disambut antusias seluruh peserta.

 

Workshop ini menjadi momentum penting bagi UIKA Bogor untuk menyatukan langkah dan komitmen dalam menyusun kurikulum berbasis OBE yang adaptif, relevan, dan siap menjawab tantangan global.


Bagikan:

Humas UIKA

Jl. KH. Sholeh Iskandar Km.2 Kd. Badak Bogor